Tobasa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km².
-          Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
-          Pesisir Timur
-          Pegunungan Bukit Barisan
-          Pesisir Barat
-          Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama Provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.[4]
Batas wilayah
Provinsi Aceh dan Selat Malaka
Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia
Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia
Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias.
Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.
Pemerintahan
Daftar kabupaten/kota di Sumatera Utara
No.
Kabupaten/Kota
Ibu kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
-
28
-
29
-
30
-
31
-
32
-
33
-
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh. Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.
Pemekaran daerah
Dengan dimekarkannya kembali Kabupaten Tapanuli Selatan, maka provinsi ini memiliki kabupaten baru, yaitu Kabupaten Padang Lawas yang beribukota di Sibuhuan dengan dasar hukum UURI No. 38/2007 dan Kabupaten Padang Lawas Utara yang beribukota di Gunung Tua dengan dasar hukum UURI No. 37/2007. [5][6]
Pulau Nias diwacanakan akan dimekarkan kembali, yaitu dengan membentuk Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli[7]
Kabupaten Toba Samosir
Lambang Kabupaten Toba Samosir
Motto: Tappakna do Rantosna, Rim ni Tahi do Gogona
Peta lokasi Kabupaten Toba Samosir
Koordinat: 2°06'-2°45' LU 98°10'-99°35' BT
Dasar hukum
UU No.12 Tahun 1998
Tanggal
9 Maret 1999
Pemerintahan
 - Bupati
Pandapotan Kasmin Simanjuntak
 - DAU
Rp. 310.465.195.000,-[1]
Luas
3.124,40 km2
Populasi
 - Total
168.596 (2005)
 - Kepadatan
83
Demografi
0632
Pembagian administratif
 - Kecamatan
14
 - Kelurahan
192
 - Situs web
Kabupaten Toba Samosir adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal, di Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir ini merupakan pemekaran dari daerah tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara.
Batas wilayah
Kecamatan
1.          Ajibata
2.          Balige
3.          Bor Bor
4.          Habinsaran
5.          Lagu Boti
6.          Lumban Julu
7.          Nassau
8.         Pintu Pohan Meranti
9.          Porsea
10.       Siantar Narumonda
11.        Sigumpar
12.       Silaen
13.       Tampahan
14.       Uluan
15.       Parmaksian
16.       Bonatua Lunasi
Galeri

Galeri Foto Kabupaten Toba Samosir


Main Gate Tobasa



Kantor Bupati Tobasa



Balai Adat Balige
BALIGE TEMPO DOELOE

Peta Toba Tempo Doeloe

Diera 40-70an, Kota Balige merupakan Kota Industri dan Pusat Perdagangan terbesar di daerah Tapanuli. Hal itu terbukti dengan banyaknya industri yang bergerak dibidang tekstil dan juga pabrik rokok pertama di seluruh Tapanuli.

Balairung ’60-an
Kantor CPM ‘60-an
Di jaman tersebut peradaban masyarakat Balige termasuk masyarakat yang lebih maju dan konsumtif diantara daerah-daerah tetangganya. Pada saat itu sudah terdapat dua bioskop dan dan memiliki Central Distric Bisnis yang berlokasi jalan Sisingamangaraja sekarang.
Pelabuhan ‘60-an
Pelabuhan ‘60-an
Jajasan Pembangunan Simpan Pinjam
JPSP (Jajasan Pembangunan Simpan Pindjam) atau yang lebih dikenal dengan Bank Simpan/Pinjam. Sebagai salah satu penguat perekonomian masyarakat Balige dengan simpan pinjamnya pada masa itu.

Berikut Foto-foto kilas balik Citra Kota Balige antara Era 40-an sampai dengan Era 70-an.
Carnaval ’60-an
Expo ‘60-an
Kota Balige selalu ramai dengan seringnya diselenggarakan event besar dan interaksi sosial musiman seperti onan, expo, carnaval, 17 Agustus dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang membuat Kota Balige bertumbuh dengan pesat antara lain letak atau peruntukan kota yang strategis.

Armada ‘60-an
Onan ‘60-an
Mudah terjangkau dan terlebih dengan armada pengangkutan yang dapat menghubungkan antar wilayah yang dapat dilalui oleh darat maupun air siap tersedia. Sejak dahulu ketersediaan fasilitas menjadikan Kota Balige sebagai kota lintasan dan juga sebagai kota tujuan yaitu lintasan bagi penghubung antar kota dan tujuan bagi masyarakat pelaku dan pengkomsumsi bisnis.
Peresmian Tugu DI Panjaitan
Di Era 70-an Citra Kota Balige sudah sangat di perhitungkan. Presiden Soeharto (Alm) yang memerintah pada saat itu juga sempat datang menilik Balige sekaligus meresmikan  Tugu DI Panjaitan. Monumen Pahlawan Revolusi DI Panjaitan terletak di Pusat Kota Balige. Tugu tersebut berada dalam satu lokasi  dengan Balai Adat Balige.

Peresmian Tugu DI Panjaitan

TOKOH MASYARAKAT BALIGE
Radja Johannes Pasaribu
Hidup : 1903 s/d 1936
Semasa hidupnya beliau pernah menjadi Kepala Nagari Balige.
Karl Sianipar
Karl Sianipar merupakan seorang pebisnis yang sangat sukses pada masa sebelum dan sesudah Kemerdekaan RI. Tidak sedikit orang dapat merasakan dan mengecap dari keberhasilan beliau di Kota Balige ini dijaman tersebut. Beliau mendirikan Tekstil terbesar dengan nama Karl Sianipar  Tekstil  Company  (KARSITEK)   yang pernah juga mendapatkan penghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Soeharto pada tahun 1974.
Perusahaan yang didirikannya tersebut memberikan pekerjaan bagi 700-an lebih masyarakat Balige dan menjadikan Kota Balige Kota Industri pada masa itu.
Carlos Napitupulu
Semasa hidupnya beliau menjadi Kepala Kampung (Hampung) Balige Pertama setelah penyerahan kedaulatan.
Karyawan CV.C.Napitupulu
Beliau juga bekerja sebagai pimpinan CV. C.Napitupulu (Anemeer) yaitu perusahaan yang bergerak dibidang meuble dan menjadi perusahaan kayu dan meuble pertama dan terbesar di Kota Balige yang mempekerjakan hampir 100 karyawan. Perusahaan ini beroperasi kurun waktu 1951 sampai dengan 1982.

Tualam Wusmin Pasaribu
Hidup: 15 Desember 1920 s/d 24 Desember 1997.
Beliau adalah seorang usahawan muda yang sukses dimasanya, mampu menguasai 9 bahasa asing. Beliau mendirikan Pabrik Rokok Pertama di Tapanuli pada tahun 1949 dan mempekerjakan lebih dari 200 karyawan. CV. Panca Putra ini merupakan salah satu kebanggaan Kota Balige saat itu.

Karyawan PT.Panca Putra
Kemunduran perusahaan dimulai dengan adanya Inflasi yang membuat harga rupiah merosot dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 1, dan persaingan bisnis yang kurang sehat pada masa itu. Pabrik ini resmi tutup pada akhir tahun 1969, dan masih meninggalkan mesin dan pabrik kosong di kelurahan Pardede Onan sampai saat ini


Galeri Foto Kabupaten Toba Samosir


Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII


Museum Batak Balige

Museum Batak Balige

Museum Batak Balige


Monumen Pusaka Raja Sonak Malela


Monumen Pusaka Raja Sonak Malela


SMU Plus Balige


Senam BPS Balige


Pelabuhan Balige


Pusat Kota Balige Malam Hari


Jalan ke Soposurung Malam Hari






Tidak ada komentar:

Posting Komentar