I.
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
Taman Nasional Gunung Leuser atau
biasa orang menyebutnya TNGL berada di dua Propinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. TNGL merupakan habitat penting bagi keberadaan beberapa spesies
lambang/kebanggaan (flagship species), yaitu Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau
Sumatera (Panthera
tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Orangutan
Sumatera (Pongo abelii).
Selain itu terdapat 8 lokasi potensial untuk pengembangan ekowisata di kawasan
TNGL, antara lain : Kruengkila, Kedah, Marpunge, Lawe
Gurah, Tangkahan, Rantau Sialang, Danau Laut Bangko,
dan Bukit Lawang. Selain ke-8 lokasi tersebut, masih didapati 4 lokasi
sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang juga memiliki potensi
pengembangan, yaitu: Muara Situlen, Marike, Sei Glugur,
dan Sei Lepan.
Taman
Nasional Gunung Leuser
Taman nasional ini mengambil nama
dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas
permukaan laut di Nanggroe Aceh Darussalam. Taman nasional ini meliputi
ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan
lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser
memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :
a. perlindungan
sistem penyangga kehidupan.
b. pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
c. pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Sebagai dasar legalitas dalam rangkaian
proses pengukuhan kawasan hutan telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan
nomor: 276/Kpts-II/1997 tentang Penunjukan TN Gunung Leuser seluas 1.094.692
hektar yang terletak di Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Dalam
keputusan tersebut disebutkan bahwa TN Gunung Leuser terdiri dari gabungan :
1. Suaka
Margasatwa Gunung Leuser : 416.500 hektar
2. Suaka
Margasatwa Kluet : 20.000 hektar
3. Suaka
Margasatwa Langkat Barat : 51.000 hektar
4. Suaka
Margasatwa Langkat Selatan : 82.985 hektar
5. Suaka Margasatwa
Sekundur : 60.600 hektar
6. Suaka
Margasatwa Kappi : 142.800 hektar
7. Taman Wisata
Gurah : 9.200 hektar
8. Hutan Lindung
dan Hutan Produksi Terbatas: 292.707 hektar
Hampir seluruh kawasan ditutupi oleh
lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Terdapat
tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia
altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta
Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter.
Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.
Satwa langka dan dilindungi yang
terdapat di taman nasional antara lain mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang
(Hylobates syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus),
badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong
(Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kucing hutan
(Prionailurus bengalensis sumatrana).
TN Gunung Leuser merupakan salah
satu yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir. Berdasarkan kerjasama
Indonesia-Malaysia, juga ditetapkan sebagai “Sister Park” dengan Taman Negara
National Park di Malaysia.
Lokasi yang menarik untuk dikunjungi
:
Gurah
Melihat dan
menikmati panorama alam, lembah, sumber air panas, danau, air terjun,
pengamatan satwa dan tumbuhan seperti bunga raflesia, orang-utan, burung, ular
dan kupu-kupu.
Bohorok
Tempat
kegiatan rehabilitasi orang-utan dan wisata alam berupa panorama sungai, bumi
perkemahan dan pengamatan burung.
Kluet
Bersampan di
sungai dan danau, trekking pada hutan pantai dan wisata goa. Daerah ini
merupakan habitat harimau Sumatera.
Sekundur
Berkemah,
wisata goa dan pengamatan satwa.
Ketambe dan Suak Belimbing
Penelitian
primata dan satwa lain yang dilengkapi rumah peneliti dan perpustakaan.
Gunung Leuser (3.404 m.
dpl) dan Gn. Kemiri (3.314 m. dpl)
Kegiatan
mendaki gunung.
Arung jeram di
Sungai Alas
Kegiatan
arung jeram dari Gurah-Muara Situlen-Gelombang selama tiga hari.
Musim
kunjungan terbaik : bulan Juni s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara
pencapaian lokasi: Medan-Kutacane berjarak ± 240 km atau 8 jam dengan mobil,
Kutacane-Gurah/Ketambe berjarak ± 35 km atau 30 menit dengan mobil,
Medan-Bohorok/Bukit Lawang berjarak ± 60 km atau 1 jam dengan mobil, Medan-Sei
Betung/Sekundur berjarak ± 150 km atau 2 jam dengan mobil, Medan-Tapaktuan
berjarak ± 260 km atau 10 jam dengan mobil.
II.
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Taman Nasional Way Kambas merupakan daya
tarik kepariwisataan Lampung, Taman nasional merupakan satu kawasan alam yang
dilestarikan dengan memiliki ekosistem asli, yang dikelola dengan sitem zonasi
yang nantinya dimamfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan dan salah satu objek tujuan wisata , serta tempat rekreasi. Sistem
zonasi yang dimaksud diatas bahwa taman nasional di pergunakan untuk memberi
batas dalam pengelolaan sebagai taman nasional. Untuk itu sebuah kawasan taman
nasinal setidak tidaknya terdiri dari empat zona :
a. Zona
inti
adalah
wilayah mutlak yang harus dilindungi, agar tidak terjadi suatu perubahan yang
disebabkan oleh aktivitas manusia.
b. Zona
rimba
adalah
wilayah yang melindungi zona inti, karena dalam zona inti tidak dibolehkn
mendirikan bangunan fisik yang bentuknya permanen.
c. Zona pengembangan
adalah
wilayah yang khusus bagi pengembangan objek wisata alam, sebagai saran dan
prasarana dibolehkan untuk zona ini, namun dengan peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan, serta boleh melakukan kunjungan dengan mematuhi aturan-aturan
yang telah ditetapkan, supaya keutuhan dan keaslian tetap terjaga sebagai taman
nasional.
d. Zona
penyangga
adalah suatu
wilayah yang dijadikan sebagai benteng untuk melindungi kawasan taman nasional
secara keseluruhan.
Taman nasional merupakan objek
wisata alam. Dari segi jenis sumber daya alam yang memiliki macam-macam objek
wisata alam di Indonesia, seperti gunung, pantai, taman laut, air terjun,
danau, dan pemandangan alam.
Taman
Nasional Way Kambas
Tahun 1924 status kawasan Taman Nasional Way Kambas merupakan tempat suaka margasatwa, kemudian berdasarkan Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 Stbl 1937 tanggal 26 Januari 1937 statusnya ditingkatkan menjadi suaka alam, dan selanjutnya melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.444/ Menhut/II/1989, kawasan ini dinyatakan menjadi Taman Nasional.
Kawasan Taman Nasional Way Kambas
dengan luas 1.30.000 ha yang saat ini dikelola oleh Balai Konservasi Sumber
daya Alam Tingkat I Propinsi Lampung, yang sebagian besar merupakan dataran
rendah yang sedikit bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi dari 0-98
meter diatas permukaan laut, dengan memiliki dua musim yang berbeda, musim
hujan antara bulan Okbober sampai April dan musim kering antara bulan Mei
sampai September.
Taman Nasional Way kambas memiliki
potensi pariwisata yang cukup tinggi dan bervariasi, mulai dari keindahan alam,
ekosistem, hutan magrove, hutan pantai, hutan hujan, dataran rendah dan
lain-lain. Semuanya ini bisa dinikmati dengan menyelusuri sungai-sungai besar
yang ada di sekitar Taman Nasional seperti Way Panet dan Way Wako dengan
menggunakan kapal motor speed Board.
Taman Nasional Way Kambas memiliki
beberapa potensi yang cukup menarik utuk dikunjungi oleh wisatawan baik domestik
maupun mancanegara karena taman ini terdapat :
1. Jenis-jenis
fauna dari berbagai spesies satwa liar yang terkenal di dunia antara lain :
-
Harimau Sumatera (Panthera Sumatrae)
-
Anjing Liar Asia (Cuon Apinus)
-
Tapir (Tapirus Indicus)
-
Badak/Gajah Sumatera (Elephans Maximus Sumateranus) sebanyak 250
ekor yang masih liar dan 121 ekor yang sudah dijinakkan
Pada Taman Nasional ini terdapat 6
jenis primata, yaitu jenis kera merupakan potensi yang cukup besar. Pada tahun
1983 diselenggarakan kursus primata guna mendidik kader konsevasi dalam bidang
primata. Adapun ke enam jenis ini adalah : Siamang, Owa-owa, Lutung, Kera, Beruk,
dan Siumpai.
Jenis reptilia yang dapat dijumpai
adalah buaya yang terdapat di rawa-rawa dan sungai-sungai yang menyebar di
kawasan Taman Nasional Way Kambas.
Jenis burung ditaman ini mencapai +
286 jenis burung, seperti Bangau putih, Rangkok, Ibis jambul hitam, pecuk ular,
raja udang dan lain-lain
Di dalam kawasan Taman Nasional Way
Kambas terdapat Pusat Pelatihan Gajah (Elephant Training Centre) dengan areal
seluas + 500 ha yang dioperasikan mulai tanggal 29 Agustus 1985. dalam daerah
ini wisatawan dapat menyaksikan bagaimana Gajah yang semula liar, tetapi bisa
dijinakkan dan dilatih menjadi sahabat untuk membuat atraksi maupun rekreasi
dan juga untuk kepentingan lain.
2. Jenis Flora
yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas seperti ;
a. Berdasarkan ekosistem didominasi
Hutan Mangrove, seperti
Api-api, Rhizophorasp Nipah, di sepanjang Way Kambas, Sekapuk, Wako, Way
Pegadungan
Hutan Rawa, seperti
Geam, Nibung, di Way Biru Wako dan Way Panet.
Hutan Pantai seperti Ketapang, Cemara Laut, Pandan, yang terdpat di sepanjang
pantai dari Kuala Penet sampai Kuala seputih.
Hutan daratan rendah seperti Meranti, Salam, Rawang, Minyak yang terdapat di daerah
Susukan Baru, Plang Ijo, Way Kanan, Rantau Jaya Ilir, Rasau, dan sekitarnya.
b. Berdasarkan Type Vegetasi
Hutan sekunder yang terdiri dari Meranti minyak, Sempur, Suren, Puspa, Jabon,
Rengas.
Rawa atau daerah basah, seperti
Nibung, inang merah, dan jenis rumput.
Tanaman Reboisasi pada vegetasi Alang- alang ; Lamtogung, Kaliandra, dan Jambu
Monyet.
Taman Nasional Way Kambas yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga kawasan ini dapat menjadi salah satu
daya tarik wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri, baik untuk rekreasi,
penelitian, observasi, wisata alam dan sebagainya.
Bagi wisatawan yang ingin
mengunjungi taman nasional ini, dapat ditempuh dengan menggunakan kenderaan
umum atau bus pariwisata dengan melintasi route yaitu :
Tanjung
karang - Metro - Labuhan Ratu lama (+ 100 Km Km) dengan waktu tempuh 5 Jam.
Tanjung
karang - Sibowono - Labuhan Ratu lama ( + 80 km) dengan waktu tempuh 4 jam.
Taman Nasional Way Kambas dikelola oleh
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Tingat I Propinsi Lampung. Bagi wisatawan
yang ingin memasuki kawasan taman dipungut bayaran/tanda masuk sebesar Rp.
5000/orang. Hasil kutipan ini dipergunankan untuk pengelolaan Taman Nasional
Way Kambas.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam
mengelola dan mengembangkan Taman Nasional Way Kambas :
1. Pembagian
zonasi,
Pembagian zonasi pengeloaan yang
terdiri dari zona inti, zona pengembangan, dan zona lainnya yang pembagiannya dibuat oleh Sub
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas sebagai pengelolaan kawasan.
2. Pelestarian
alam,
yaitu menjaga tentang lingkungan
dari kerusakan akibat gangguan Gajah, terutama pohon-pohon teduh yang merupakan
tempat peristirahatan bagi pengunjung dan area dimana gajah ditempatkan. Dalam
penanggulangan telah diupayakan pemasangan pagar kawat berduri, agar gangguan
gajah dapat diatasi. Pusat pelatihan Gajah merupakan objek wisata yang sangat
banyak menarik kunjungan wisatawan untuk rekreasi.
3. Menanggulangi
masalah makanan Gajah,
Sementara ini diupayakan dengan
mengganti pelepah kelapa dengan rumput. Untuk hal tersebut, telah dilakukan
penyuluhan kepada masyarakat sekitar untuk menanamnya, dan tanggapan masyarakat
cukup positif dan peduli terhadap pengelolaan Taman Nasional Way Kambas ini.
4. Perlindungan
flora dan fauna
Pengalokasian kegiatan dilakukan sesuai
dengan zona-zona yang ditentukan di Taman Nasional Way Kambas. Perlindungan
terhadap kekayaan alam dan keanekaragaman flora dan fauna yang ada di kawasan
Taman Nasional Way kambas. Meningkatkan sistem promosi terutama yang berkenaan
dengan objek wisata alam Taman Nasional Way Kambas.
5. Pengembangan
sarana dan prasarana objek dan daya tarik wisata
Pengembangan sarana dan prasarana memerlukan
peran serta berbagai instansi yang terkait, baik dunia usaha dan masyarakat
dengan menciptakan produk untuk kebutuhan wisatawan ,seperti menyediakan
souvenir-souvenir, makanan dan minuman, akomodasi, sehingga peranan masyarakat
sebagai tuan rumah dalam menerima wisatawan sangatlah penting dalam
meningkatkan arus kunjungan ke Taman Nasional ini.
Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi
Lampung terus berupaya untuk mengembangkan kepariwisataan dengan mengoptimalkan
objek-objek wisata yang ada dalam mengsukseskan program pemerintah dari sektor
pariwisata,
Untuk mensukseskan upaya ini
tentunya tidak terlepas dari peran serta masyarakat. Sebagian besar masyarakat
sangat mendukung program pemerintah ini, dengan dibuktikan setiap tahunnya
selalu diadakan parade Gajah yang merupakan atraksi Gajah di Lampung.
III.
TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
Luas Taman Nasional Kerinci Seblat
(hasil tata batas) ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian:
·
seluas 353.780 Ha (25,86%) terletak di Propinsi Sumatera Barat;
·
seluas 422.190 Ha (30,86%) terletak di Propinsi Jambi;
·
seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak di Propinsi Bengkulu; dan
·
seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera Selatan.
Taman Nasional Kerinci Seblat
terletak di 4 wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan
Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian
pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara
geografi Taman Nasional Kerinci Seblat terletak pada 100°31’18″ – 102°44′
Lintang Timur dan 17’13″ – 326’14″ Lintang Selatan.
Taman
Nasional Kerinci Seblat
Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat tersebar di 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa.
Dalam sejarah
pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan
Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku
Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi
terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi
wilayah sekitarnya.
Kelompok hutan tersebut merupakan
Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS
wilayah pesisir bagian barat, DAS tersebut sangat vital peranannya terutama
untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal
di daerah tersebut. Mengingat pentingnya peranan kelompok hutan tersebut, maka
pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia
di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci
Seblat
Taman Nasional Kerinci Seblat
merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sam pai
ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air
tawar dan danau).
Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat
memiliki 4000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae,
dengan flora yang langka dan endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain
Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborera), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi)
dan bunga bangkai (Amorphophallus titanium dan A. decussilvae).
Potensi Flora dan Fauna
Taman Nasional
Kerinci Seblat umumnya masih memiliki hutan primer dengan tipe vegetasi utama
didominir oleh formasi :
1. Vegetasi
dataran rendah (200 – 600 m dpl)
2. Vegetasi
pegunungan/bukit (600 – 1.500 m dpl)
3. Vegetasi
montana (1.500 – 2.500 m dpl)
4. Vegetasi
belukar gleichenia/paku-pakuan (2.500 – 2.800 m dpl)
5. Vegetasi sub
alpine (2.300 – 3.200 m dpl)
Tidak kurang dari 4.000 jenis flora
(63 famili) terdapat di kawasan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae,
Leguminosae, Lauraceae, Myrtaceae, Bommacaceae, Moraceae, Anacardiaceae,
Myristicaceae, Euphorbiaceae dan Meliaceae. Sedangkan pada ketinggian 500 m –
2000 m dpl, didominasi oleh famili Fagaceae, Erycaceae dan semak-semak sub
alpin dari jenis Vaccinium dan Rhododendron.
Beberapa jenis vegetasi yang khas di
Taman Nasional Kerinci Seblat antara lain : Histiopteris insica (tumbuhan
berpembuluh tertinggi) berada di dinding kawah Gunung Kerinci, berbagai jenis
Nepenthes sp, Pinus mercusii strain Kerinci, Kayu pacat (Harpullia arborea),
Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi), Agathis sp.
Hasil penelitian Biological Science
Club (BScC) pada tahun 1993 di daerah buffer zone ditemukan 115 jenis vegetasi
ethnobotanical yang banyak digunakan masyarakat setempat untuk berbagai
keperluan seperti untuk obat-obatan, kosmetik, makanan, anti nyamuk dan
keperluan rumah tangga.
Fauna yang tedapat dalam Taman
Nasional Kerinci Seblat tercatat 42 jenis mammalia (19 famili),
diantaranya :
- Badak
Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis),
- Gajah
Sumatera (Elephas maximus sumatrensis),
- Macan dahan
(Neopholis nebulosa),
- Harimau
Loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis),
- Kucing emas
(Felis termminnckii),
- Tapir
(Tapirus indica),
- Kambing Hutan
(Capricornis sumatrensis);
10 jenis amphibian; 6 jenis
amphibian, antara lain Katak Bertanduk (Mesophyrs nasuta).
6 jenis primata yaitu :
- Siamang
(Sympalagus syndactylus)
- Ungko
(Hylobates agilis),
- Wau-wau Hitam
(Hylobates lar),
- Simpai
(Presbytis melalobates),
- Beruk (Macaca
nemestrina) dan
- Kera Ekor
Panjang (Macaca fascicularis).
Tercatat 306 jenis burung (49 famili),
diantaranya 8 jenis burung endemik seperti :
- Tiung
Sumatera (Cochoa becari),
- Puyuh
Gonggong (Arborophila rubirostris),
- Celepuk (Otus
stresemanni),
- Burung Abang
Pipi (Laphora inornata).
Topografi dan Iklim
Pada umumnya
topografi Taman Nasional Kerinci Seblat bergelombang, berlereng curam dan tajam
dengan ketinggian antara 200 sampai dengan 3.805 meter dpl. Topografi yang
relatif datar dengan ketinggian 800 meter dpl terdapat di daerah enclave
Kabupaten Kerinci.
Secara umum
curah hujan di kawasan ini cukup tinggi dan merata. Rata-rata curah hujan
tahunan berkisar antara 3.000 mm. Musim hujan berlangsung dari bulan September
– Pebruari dengan puncak musim hujan pada bulan Desember. Sedangkan musim
kemarau berlangsung dari bulan april – Agustus. Suhu udara rata-rata bervariasi
yaitu 28° C di dataran rendah, 20° C di Lembah Kerinci dan 9° C di puncak
Gunung Kerinci. Kelembaban 80-100%.
Obyek Wisata Alam dan Fenomena
Alam
Gunung Kerinci
(3.805 m dpl) : gunung
tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui
jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam.
Danau Gunung
Tujuh (1.996 m dpl) : merupakan
kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3
km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di
Asia, dapat dicapai melalui jalan setapak dari Pelompek selama 3 jam.
Bukit Tapan,
padang satwa Inum Raya : merupakan
padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau,
rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Dari Sungai Penuh ke lokasi selama
6-10 jam dengan kendaraan bus dan jalan setapak.
Gunung Seblat
(2.383 m dpl) : memiliki
fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang
luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi,
dapat dicapai dari Muara Aman ke lokasi dengan jalan kaki selama 12 jam.
Bukit Gedang
Seblat dan Bukit Kayu Embun : merupakan habitat badak sumatera, gajah dan
harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.
Rawas Ulu
Lakitan : memiliki
potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali,
air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat deras
yang baik untuk rafting. Dapat ditempuh dari napal Licin antara 1-3 jam.
Gunung
Masurai: terletak di
Desa Sungai Lalang Kecamatan Muara Siau Kabupaten Surolangun Bangko (6,5 jam
dari Kota Bangko). Disini terdapat hutan hujan tropis.
Goa Napal
Licin dan Kasah: melihat
kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit.
Grao Solar,
Nguak dan Kunyit: melihat
semburan air panas setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
Letter W: melihat bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta
kelinci sumatera.
Rawa Ladeh
Panjang: penelitian
dan Pengamatan Satwa.
Obyek wisata budaya dan wisata
lainnya diantaranya :
Wisata budaya :
- Melihat
budaya suku Kubu yang masih tradisionil.
- Adat istiadat
tanah Kerinci,
- Adat istiadat
tanah Minangkabau,
- Adat istiadat
tanah Bengkulu/Rejang Lebong,
- Aspek seni
budaya seperti pesta adat Kerinci (Kenduri Seko),
- Tari-tarian
klasik,
- Pakaian adat,
serta pusaka-pusaka adat.
- Acara pesta
adat dilakukan setiap tahun sekali.
Obyek wisata lain di sekitar kawasan
diantaranya :
- Taman Pagar
Dewa di Bukit Rantau Bitung (Napal Licin) dianggap keramat masyarakat,
- Danau
Kerinci,
- Danau Depati
empat,
- Rawa Bento,
- Air Panas
Semurup,
- Air Panas
Ketenong,
- Pengambilan
emas secara tradisional di Ketenong,
- Goa Napal
Licin di Kecamatan Rawas Ulu (Sumatera Selatan),
- Muara Sako
(Sumatera Barat) Pusat latihan gajah (PLG) di Ipuh,
- Pusat
Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung,
- Kerajinan
Batu Akik di Bengkulu dan Bangko,
- Pusat
Kerajinan Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah pesisir.
Terdapat kepercayaan masyarakat
bahwa di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan
ciri-ciri pemalu, berjalan tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering
disebut sebagai “orang pendek” dan “sigung” sebagai penguasa hutan.
Kegiatan yang Dapat Ditawarkan
- Penelitian
dan pendidikan.
- Pendakian dan
berkemah.
- Air terjun.
- Pemotretan
dan pembuatan film.
- Rekreasi dan
wisata alam.
- Budaya
masyarakat sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat.
Fasilitas yang Tersedia
- Kantor,
- Wisma Tamu,
- Pusat
Informasi,
- Shelter,
- MCK,
- Jalan Trail,
- Menara
Pengintai/Pengamat,
- Pondok Jaga,
dll.
Informasi Lainnya
- Danau Gunung
Tujuh, danau air tawar tertinggi di Asia (1.996 m dpl) dikelilingi oleh 7
gunung.
- Musim
kunjungan terbaik pada bulan Januari s/d Oktober.
Cara Mencapai Lokasi
Untuk
mencapai lokasi dapat ditempuh melalui beberapa cara :
- Padang-Tapan-Sungai
Penuh (kendaraan darat), 278 km selama 7 jam.
- Padang-Muaralabuh-Kersik
Tuo, (kendaraan darat), 211 km selama 5-6 jam
- Jambi-Sungai
Penuh (kendaraan darat), 500 km selama 10 jam.
- Bengkulu-Muara
Aman (kendaraan darat), selama 4 jam.
- Bengkulu-Argamakmur
(kendaraan darat), selama 2 jam.
- Bengkulu-Lubuk
Linggau (kendaraan darat), selama 3 jam.
- Palembang-Lubuk
Linggau (kendaraan darat), selama 6 jam.
- Lubuk Linggau-Muara
Rupit-Surulangun – Napal Licin (kendaraan darat), selama 4 jam.
- Muara Rupit-Napal
Licin (kendaraan air), selama 2 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar