Knowledge


I.     TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
Taman Nasional Gunung Leuser atau biasa orang menyebutnya TNGL berada di dua Propinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. TNGL merupakan habitat penting bagi keberadaan beberapa spesies lambang/kebanggaan (flagship species), yaitu Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Selain itu terdapat 8 lokasi potensial untuk pengembangan ekowisata di kawasan TNGL, antara lain : Kruengkila, Kedah, Marpunge, Lawe Gurah, Tangkahan, Rantau Sialang, Danau Laut Bangko, dan Bukit Lawang. Selain ke-8 lokasi tersebut, masih didapati 4 lokasi sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang juga memiliki potensi pengembangan, yaitu: Muara Situlen, Marike, Sei Glugur, dan Sei Lepan.

Taman Nasional Gunung Leuser
Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Nanggroe Aceh Darussalam. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :
a.     perlindungan sistem penyangga kehidupan.
b.     pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
c.     pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Sebagai dasar legalitas dalam rangkaian proses pengukuhan kawasan hutan telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 276/Kpts-II/1997 tentang Penunjukan TN Gunung Leuser seluas 1.094.692 hektar yang terletak di Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa TN Gunung Leuser terdiri dari gabungan :
1.      Suaka Margasatwa Gunung Leuser : 416.500 hektar
2.     Suaka Margasatwa Kluet : 20.000 hektar
3.     Suaka Margasatwa Langkat Barat : 51.000 hektar
4.     Suaka Margasatwa Langkat Selatan : 82.985 hektar
5.     Suaka Margasatwa Sekundur : 60.600 hektar
6.     Suaka Margasatwa Kappi : 142.800 hektar
7.     Taman Wisata Gurah : 9.200 hektar
8.     Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas: 292.707 hektar
Hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.
Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional antara lain mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana).
TN Gunung Leuser merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir. Berdasarkan kerjasama Indonesia-Malaysia, juga ditetapkan sebagai “Sister Park” dengan Taman Negara National Park di Malaysia.
Lokasi yang menarik untuk dikunjungi :
Gurah
Melihat dan menikmati panorama alam, lembah, sumber air panas, danau, air terjun, pengamatan satwa dan tumbuhan seperti bunga raflesia, orang-utan, burung, ular dan kupu-kupu.
Bohorok
Tempat kegiatan rehabilitasi orang-utan dan wisata alam berupa panorama sungai, bumi perkemahan dan pengamatan burung.
Kluet
Bersampan di sungai dan danau, trekking pada hutan pantai dan wisata goa. Daerah ini merupakan habitat harimau Sumatera.
Sekundur
Berkemah, wisata goa dan pengamatan satwa.
Ketambe dan Suak Belimbing
Penelitian primata dan satwa lain yang dilengkapi rumah peneliti dan perpustakaan.
Gunung Leuser (3.404 m. dpl) dan Gn. Kemiri (3.314 m. dpl)
Kegiatan mendaki gunung.
Arung jeram di Sungai Alas
Kegiatan arung jeram dari Gurah-Muara Situlen-Gelombang selama tiga hari.
Musim kunjungan terbaik : bulan Juni s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Medan-Kutacane berjarak ± 240 km atau 8 jam dengan mobil, Kutacane-Gurah/Ketambe berjarak ± 35 km atau 30 menit dengan mobil, Medan-Bohorok/Bukit Lawang berjarak ± 60 km atau 1 jam dengan mobil, Medan-Sei Betung/Sekundur berjarak ± 150 km atau 2 jam dengan mobil, Medan-Tapaktuan berjarak ± 260 km atau 10 jam dengan mobil.


II.   TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Taman Nasional Way Kambas merupakan daya tarik kepariwisataan Lampung, Taman nasional merupakan satu kawasan alam yang dilestarikan dengan memiliki ekosistem asli, yang dikelola dengan sitem zonasi yang nantinya dimamfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan salah satu objek tujuan wisata , serta tempat rekreasi. Sistem zonasi yang dimaksud diatas bahwa taman nasional di pergunakan untuk memberi batas dalam pengelolaan sebagai taman nasional. Untuk itu sebuah kawasan taman nasinal setidak tidaknya terdiri dari empat zona :
a.  Zona inti
adalah wilayah mutlak yang harus dilindungi, agar tidak terjadi suatu perubahan yang    disebabkan oleh aktivitas manusia.
b.  Zona rimba
adalah wilayah yang melindungi zona inti, karena dalam zona inti tidak dibolehkn mendirikan bangunan fisik yang bentuknya permanen.
c.   Zona pengembangan
adalah wilayah yang khusus bagi pengembangan objek wisata alam, sebagai saran dan prasarana dibolehkan untuk zona ini, namun dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, serta boleh melakukan kunjungan dengan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan, supaya keutuhan dan keaslian tetap terjaga sebagai taman nasional.
d.  Zona penyangga
adalah suatu wilayah yang dijadikan sebagai benteng untuk melindungi kawasan taman nasional secara keseluruhan.
Taman nasional merupakan objek wisata alam. Dari segi jenis sumber daya alam yang memiliki macam-macam objek wisata alam di Indonesia, seperti gunung, pantai, taman laut, air terjun, danau, dan pemandangan alam.

Taman Nasional Way Kambas

Tahun 1924 status kawasan Taman Nasional Way Kambas merupakan tempat suaka margasatwa, kemudian berdasarkan Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 Stbl 1937 tanggal 26 Januari 1937 statusnya ditingkatkan menjadi suaka alam, dan selanjutnya melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.444/ Menhut/II/1989, kawasan ini dinyatakan menjadi Taman Nasional.
Kawasan Taman Nasional Way Kambas dengan luas 1.30.000 ha yang saat ini dikelola oleh Balai Konservasi Sumber daya Alam Tingkat I Propinsi Lampung, yang sebagian besar merupakan dataran rendah yang sedikit bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi dari 0-98 meter diatas permukaan laut, dengan memiliki dua musim yang berbeda, musim hujan antara bulan Okbober sampai April dan musim kering antara bulan Mei sampai September.
Taman Nasional Way kambas memiliki potensi pariwisata yang cukup tinggi dan bervariasi, mulai dari keindahan alam, ekosistem, hutan magrove, hutan pantai, hutan hujan, dataran rendah dan lain-lain. Semuanya ini bisa dinikmati dengan menyelusuri sungai-sungai besar yang ada di sekitar Taman Nasional seperti Way Panet dan Way Wako dengan menggunakan kapal motor speed Board.
Taman Nasional Way Kambas memiliki beberapa potensi yang cukup menarik utuk dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara karena taman ini terdapat :
1.      Jenis-jenis fauna dari berbagai spesies satwa liar yang terkenal di dunia antara lain :
-       Harimau Sumatera (Panthera Sumatrae)
-       Anjing Liar Asia (Cuon Apinus)
-       Tapir (Tapirus Indicus)
-       Badak/Gajah Sumatera (Elephans Maximus Sumateranus) sebanyak 250 ekor yang masih liar dan 121 ekor yang sudah dijinakkan
Pada Taman Nasional ini terdapat 6 jenis primata, yaitu jenis kera merupakan potensi yang cukup besar. Pada tahun 1983 diselenggarakan kursus primata guna mendidik kader konsevasi dalam bidang primata. Adapun ke enam jenis ini adalah : Siamang, Owa-owa, Lutung, Kera, Beruk, dan Siumpai.
Jenis reptilia yang dapat dijumpai adalah buaya yang terdapat di rawa-rawa dan sungai-sungai yang menyebar di kawasan Taman Nasional Way Kambas.
Jenis burung ditaman ini mencapai + 286 jenis burung, seperti Bangau putih, Rangkok, Ibis jambul hitam, pecuk ular, raja udang dan lain-lain
Di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas terdapat Pusat Pelatihan Gajah (Elephant Training Centre) dengan areal seluas + 500 ha yang dioperasikan mulai tanggal 29 Agustus 1985. dalam daerah ini wisatawan dapat menyaksikan bagaimana Gajah yang semula liar, tetapi bisa dijinakkan dan dilatih menjadi sahabat untuk membuat atraksi maupun rekreasi dan juga untuk kepentingan lain.
2.     Jenis Flora yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas seperti ;
a.     Berdasarkan ekosistem didominasi
Hutan Mangrove, seperti Api-api, Rhizophorasp Nipah, di sepanjang Way Kambas, Sekapuk, Wako, Way Pegadungan
Hutan Rawa, seperti Geam, Nibung, di Way Biru Wako dan Way Panet.
Hutan Pantai seperti Ketapang, Cemara Laut, Pandan, yang terdpat di sepanjang pantai dari Kuala Penet sampai Kuala seputih.
Hutan daratan rendah seperti Meranti, Salam, Rawang, Minyak yang terdapat di daerah Susukan Baru, Plang Ijo, Way Kanan, Rantau Jaya Ilir, Rasau, dan sekitarnya.
b.     Berdasarkan Type Vegetasi
Hutan sekunder yang terdiri dari Meranti minyak, Sempur, Suren, Puspa, Jabon, Rengas.
Rawa atau daerah basah, seperti Nibung, inang merah, dan jenis rumput.
Tanaman Reboisasi pada vegetasi Alang- alang ; Lamtogung, Kaliandra, dan Jambu Monyet.
Taman Nasional Way Kambas yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga kawasan ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri, baik untuk rekreasi, penelitian, observasi, wisata alam dan sebagainya.
Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi taman nasional ini, dapat ditempuh dengan menggunakan kenderaan umum atau bus pariwisata dengan melintasi route yaitu :
Tanjung karang - Metro - Labuhan Ratu lama (+ 100 Km Km) dengan waktu tempuh 5 Jam.
Tanjung karang - Sibowono - Labuhan Ratu lama ( + 80 km) dengan waktu tempuh 4 jam.
Taman Nasional Way Kambas dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Tingat I Propinsi Lampung. Bagi wisatawan yang ingin memasuki kawasan taman dipungut bayaran/tanda masuk sebesar Rp. 5000/orang. Hasil kutipan ini dipergunankan untuk pengelolaan Taman Nasional Way Kambas.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengelola dan mengembangkan Taman Nasional Way Kambas :
1.      Pembagian zonasi,
Pembagian zonasi pengeloaan yang terdiri dari zona inti, zona pengembangan, dan zona  lainnya yang pembagiannya dibuat oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas sebagai pengelolaan kawasan.
2.     Pelestarian alam,
yaitu menjaga tentang lingkungan dari kerusakan akibat gangguan Gajah, terutama pohon-pohon teduh yang merupakan tempat peristirahatan bagi pengunjung dan area dimana gajah ditempatkan. Dalam penanggulangan telah diupayakan pemasangan pagar kawat berduri, agar gangguan gajah dapat diatasi. Pusat pelatihan Gajah merupakan objek wisata yang sangat banyak menarik kunjungan wisatawan untuk rekreasi.
3.     Menanggulangi masalah makanan Gajah,
Sementara ini diupayakan dengan mengganti pelepah kelapa dengan rumput. Untuk hal tersebut, telah dilakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar untuk menanamnya, dan tanggapan masyarakat cukup positif dan peduli terhadap pengelolaan Taman Nasional Way Kambas ini.
4.     Perlindungan flora dan fauna
Pengalokasian kegiatan dilakukan sesuai dengan zona-zona yang ditentukan di Taman Nasional Way Kambas. Perlindungan terhadap kekayaan alam dan keanekaragaman flora dan fauna yang ada di kawasan Taman Nasional Way kambas. Meningkatkan sistem promosi terutama yang berkenaan dengan objek wisata alam Taman Nasional Way Kambas.
5.     Pengembangan sarana dan prasarana objek dan daya tarik wisata
Pengembangan sarana dan prasarana memerlukan peran serta berbagai instansi yang terkait, baik dunia usaha dan masyarakat dengan menciptakan produk untuk kebutuhan wisatawan ,seperti menyediakan souvenir-souvenir, makanan dan minuman, akomodasi, sehingga peranan masyarakat sebagai tuan rumah dalam menerima wisatawan sangatlah penting dalam meningkatkan arus kunjungan ke Taman Nasional ini.
Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Lampung terus berupaya untuk mengembangkan kepariwisataan dengan mengoptimalkan objek-objek wisata yang ada dalam mengsukseskan program pemerintah dari sektor pariwisata,
Untuk mensukseskan upaya ini tentunya tidak terlepas dari peran serta masyarakat. Sebagian besar masyarakat sangat mendukung program pemerintah ini, dengan dibuktikan setiap tahunnya selalu diadakan parade Gajah yang merupakan atraksi Gajah di Lampung.

III.  TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
Luas Taman Nasional Kerinci Seblat (hasil tata batas) ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian:
·   seluas 353.780 Ha (25,86%) terletak di Propinsi Sumatera Barat;
·   seluas 422.190 Ha (30,86%) terletak di Propinsi Jambi;
·   seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak di Propinsi Bengkulu; dan
·   seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera Selatan.
Taman Nasional Kerinci Seblat terletak di 4 wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara geografi Taman Nasional Kerinci Seblat terletak pada 100°31’18″ – 102°44′ Lintang Timur dan 17’13″ – 326’14″ Lintang Selatan.

Taman Nasional Kerinci Seblat

Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat tersebar di 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa.
Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya.
Kelompok hutan tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat, DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di daerah tersebut. Mengingat pentingnya peranan kelompok hutan tersebut, maka pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sam pai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau).
Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, dengan flora yang langka dan endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborera), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) dan bunga bangkai (Amorphophallus titanium dan A. decussilvae).
Potensi Flora dan Fauna
Taman Nasional Kerinci Seblat umumnya masih memiliki hutan primer dengan tipe vegetasi utama didominir oleh formasi :
1.      Vegetasi dataran rendah (200 – 600 m dpl)
2.     Vegetasi pegunungan/bukit (600 – 1.500 m dpl)
3.     Vegetasi montana (1.500 – 2.500 m dpl)
4.     Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan (2.500 – 2.800 m dpl)
5.     Vegetasi sub alpine (2.300 – 3.200 m dpl)
Tidak kurang dari 4.000 jenis flora (63 famili) terdapat di kawasan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Leguminosae, Lauraceae, Myrtaceae, Bommacaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Myristicaceae, Euphorbiaceae dan Meliaceae. Sedangkan pada ketinggian 500 m – 2000 m dpl, didominasi oleh famili Fagaceae, Erycaceae dan semak-semak sub alpin dari jenis Vaccinium dan Rhododendron.
Beberapa jenis vegetasi yang khas di Taman Nasional Kerinci Seblat antara lain : Histiopteris insica (tumbuhan berpembuluh tertinggi) berada di dinding kawah Gunung Kerinci, berbagai jenis Nepenthes sp, Pinus mercusii strain Kerinci, Kayu pacat (Harpullia arborea), Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi), Agathis sp.
Hasil penelitian Biological Science Club (BScC) pada tahun 1993 di daerah buffer zone ditemukan 115 jenis vegetasi ethnobotanical yang banyak digunakan masyarakat setempat untuk berbagai keperluan seperti untuk obat-obatan, kosmetik, makanan, anti nyamuk dan keperluan rumah tangga.
Fauna yang tedapat dalam Taman Nasional Kerinci Seblat tercatat 42 jenis mammalia (19 famili), diantaranya :
-       Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis),
-       Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis),
-       Macan dahan (Neopholis nebulosa),
-       Harimau Loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis),
-       Kucing emas (Felis termminnckii),
-       Tapir (Tapirus indica),
-       Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis);
10 jenis amphibian; 6 jenis amphibian, antara lain Katak Bertanduk (Mesophyrs nasuta).
6 jenis primata yaitu :
-       Siamang (Sympalagus syndactylus)
-       Ungko (Hylobates agilis),
-       Wau-wau Hitam (Hylobates lar),
-       Simpai (Presbytis melalobates),
-       Beruk (Macaca nemestrina) dan
-       Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis).
Tercatat 306 jenis burung (49 famili), diantaranya 8 jenis burung endemik seperti :
-       Tiung Sumatera (Cochoa becari),
-       Puyuh Gonggong (Arborophila rubirostris),
-       Celepuk (Otus stresemanni),
-       Burung Abang Pipi (Laphora inornata).
Topografi dan Iklim
Pada umumnya topografi Taman Nasional Kerinci Seblat bergelombang, berlereng curam dan tajam dengan ketinggian antara 200 sampai dengan 3.805 meter dpl. Topografi yang relatif datar dengan ketinggian 800 meter dpl terdapat di daerah enclave Kabupaten Kerinci.
Secara umum curah hujan di kawasan ini cukup tinggi dan merata. Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.000 mm. Musim hujan berlangsung dari bulan September – Pebruari dengan puncak musim hujan pada bulan Desember. Sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan april – Agustus. Suhu udara rata-rata bervariasi yaitu 28° C di dataran rendah, 20° C di Lembah Kerinci dan 9° C di puncak Gunung Kerinci. Kelembaban 80-100%.
Obyek Wisata Alam dan Fenomena Alam
Gunung Kerinci (3.805 m dpl) : gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam.
Danau Gunung Tujuh (1.996 m dpl) : merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di Asia, dapat dicapai melalui jalan setapak dari Pelompek selama 3 jam.
Bukit Tapan, padang satwa Inum Raya : merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Dari Sungai Penuh ke lokasi selama 6-10 jam dengan kendaraan bus dan jalan setapak.
Gunung Seblat (2.383 m dpl) : memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi, dapat dicapai dari Muara Aman ke lokasi dengan jalan kaki selama 12 jam.
Bukit Gedang Seblat dan Bukit Kayu Embun : merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.
Rawas Ulu Lakitan : memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat deras yang baik untuk rafting. Dapat ditempuh dari napal Licin antara 1-3 jam.
Gunung Masurai: terletak di Desa Sungai Lalang Kecamatan Muara Siau Kabupaten Surolangun Bangko (6,5 jam dari Kota Bangko). Disini terdapat hutan hujan tropis.
Goa Napal Licin dan Kasah: melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit.
Grao Solar, Nguak dan Kunyit: melihat semburan air panas setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
Letter W: melihat bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta kelinci sumatera.
Rawa Ladeh Panjang: penelitian dan Pengamatan Satwa.
Obyek wisata budaya dan wisata lainnya diantaranya :
Wisata budaya :
-       Melihat budaya suku Kubu yang masih tradisionil.
-       Adat istiadat tanah Kerinci,
-       Adat istiadat tanah Minangkabau,
-       Adat istiadat tanah Bengkulu/Rejang Lebong,
-       Aspek seni budaya seperti pesta adat Kerinci (Kenduri Seko),
-       Tari-tarian klasik,
-       Pakaian adat, serta pusaka-pusaka adat.
-       Acara pesta adat dilakukan setiap tahun sekali.
Obyek wisata lain di sekitar kawasan diantaranya :
-       Taman Pagar Dewa di Bukit Rantau Bitung (Napal Licin) dianggap keramat masyarakat,
-       Danau Kerinci,
-       Danau Depati empat,
-       Rawa Bento,
-       Air Panas Semurup,
-       Air Panas Ketenong,
-       Pengambilan emas secara tradisional di Ketenong,
-       Goa Napal Licin di Kecamatan Rawas Ulu (Sumatera Selatan),
-       Muara Sako (Sumatera Barat) Pusat latihan gajah (PLG) di Ipuh,
-       Pusat Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung,
-       Kerajinan Batu Akik di Bengkulu dan Bangko,
-       Pusat Kerajinan Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah pesisir.
Terdapat kepercayaan masyarakat bahwa di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan ciri-ciri pemalu, berjalan tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering disebut sebagai “orang pendek” dan “sigung” sebagai penguasa hutan.
Kegiatan yang Dapat Ditawarkan
-       Penelitian dan pendidikan.
-       Pendakian dan berkemah.
-       Air terjun.
-       Pemotretan dan pembuatan film.
-       Rekreasi dan wisata alam.
-       Budaya masyarakat sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat.
Fasilitas yang Tersedia
-       Kantor,
-       Wisma Tamu,
-       Pusat Informasi,
-       Shelter,
-       MCK,
-       Jalan Trail,
-       Menara Pengintai/Pengamat,
-       Pondok Jaga, dll.
Informasi Lainnya
-       Danau Gunung Tujuh, danau air tawar tertinggi di Asia (1.996 m dpl) dikelilingi oleh 7 gunung.
-       Musim kunjungan terbaik pada bulan Januari s/d Oktober.
Cara Mencapai Lokasi
Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh melalui beberapa cara :
-       Padang-Tapan-Sungai Penuh (kendaraan darat), 278 km selama 7 jam.
-       Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo, (kendaraan darat), 211 km selama 5-6 jam
-       Jambi-Sungai Penuh (kendaraan darat), 500 km selama 10 jam.
-       Bengkulu-Muara Aman (kendaraan darat), selama 4 jam.
-       Bengkulu-Argamakmur (kendaraan darat), selama 2 jam.
-       Bengkulu-Lubuk Linggau (kendaraan darat), selama 3 jam.
-       Palembang-Lubuk Linggau (kendaraan darat), selama 6 jam.
-       Lubuk Linggau-Muara Rupit-Surulangun – Napal Licin (kendaraan darat), selama 4 jam.
-       Muara Rupit-Napal Licin (kendaraan air), selama 2 jam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar